(Sebuah Nukilan Inti Ajaran Kejawen
Perspektif Hadiwijaya)
Oleh: Moch. Syamsul
Arifin. Zrt
A. Penciptaan Alam
Semesta
No
|
Inti Ajaran
|
Terjemahan
|
Makna
|
1
|
Ana Manuk Bango Buthak, Ngendog ing Ngenthak-ngenthak
|
Ada
Burung Bangau Putih, Bertelur di Padang Luas
|
Alam semesta berasal dari
awan atau kabut putih
|
Sebelum dunia dan seisinya mengisi alam semesta ini,
jagad masih berupa susunan tata surya yang kosong.
di sana terdapat sekumpulan awan putih yang pijar dan
berputar. Awan putih itu jika dilihat tampak seperti burung bangau putih polos.
Sekumpulan awan itu memercikkan gumpalan-gumpalan putih kecil, seperti burung
bangau yang bertelur dan telurnya tercerai berai, telur-telur itulah yang menjadi
bumi, mars, yupiter, dan planet-planet yang lain, sedangkan inti dari gumpalan
awan itu manjadi matahari
B. Ritual (Nilai ke-Tuhan-an)
No
|
Inti Ajaran
|
Terjemahan
|
Makna
|
1
|
Nggole’i Galihing Kangkung
|
Mencari Galih Kangkung
(batang kangkung yang berlobang tidak ada galih)
|
Perlambangan wujud sukma yang
tidak nampak tapi ada. Tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha untuk
mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis antara kawula dan Gusti
|
2
|
Nggole’i Gigiring Punglu
|
Mencari Punggung Peluru
(bentuk peluru yang bulat tanpa punggung)
|
Sembah jiwa adalah sembah
kepada Hyang Sukma dengan mengutamakan jiwa atau ar-ruh, cara bersuci dengan selalu waspada & dzikir kepada
alam kelanggengan (alam Ilahiy)
|
3
|
Nggole’i Rosing Bumbung Wungwang
|
Mencari Ruas sepotong Bambu
(bumbung adalah sepotong bambu tanpa ruas)
|
Sembah rasa adalah mencari
makrifat Tuhan dalam diri manusia. Tuhan ada dalam diri manusia, tapi Dzat
Tuhan tidak kelihatan nyata
|
4
|
Nggole’i Susuhing Angin
|
Mencari Tempat Angin
Bersarang
|
Sembah raga ialah menyembah
Tuhan dengan mengutamakan amal lahiriyah, seperti shlat, puasa, zakat dan
lain sebagainya
|
5
|
Nggole’i Tapa’e Kuntul Nglayang
|
Mencari Bekas (burung) Kuntul
Melayang
|
Sembah cipta atau kalbu,
yakni dengan mencari makna sukma dalam diri manusia cara bersuci dengan
mengekang hawa nafsu
|
Bersuci ada empat, yaitu:
- Suci dari hadats dan najis yang bersifat lahiriyah
- Membersihkan anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa
- Membersihkan hati dari akhlaq yang tercela dan budhi pekerti yang hina
- Membersihkan hati nurani dari apa selain Allah
C.
Sosial
(Nilai ke-Manusiaan)
No
|
Inti Ajaran
|
Terjemahan
|
Makna
|
1
|
Lumpuh Ngideri Jagad
|
Si Lumpuh mengelilingi dunia
|
Keinginan, angan-angan dan
cita-cita manusia yang sangat tinggi, namun kemampuan untuk mencapainya tidak
ada.
|
2
|
Maling Lungguh Wetengi Mblenduk
|
Pencuri duduk perutnya besar
|
Para koruptor yang mencuri
uang negara dengan jumlah yang besar yang sistem pencuriannya dengan membuat
kebijakan pemerintahan seperti: perda, UUD, Kepres, dan lain sebagianya
|
3
|
Manuk Mabur Ngungkuli Langit
|
Burung Terbang di Atas Langit
|
Angan-angan manusia sangat
luas
|
4
|
Mati Sajroning Urip, Urip Sjrroning Mati
|
Mati Dalam hidup, Hidup dalam
Mati
|
Batas antara hidup dan mati
sangat tipis, karena manusia tidak akan pernah tahu kapan dia mati?
|
5
|
Nawu Segara Kanggo Bathok Borot
|
Menguras Samudra (air lau) dg
Ciduk Tempurung Belumbang
|
Kemustahilan untuk mencapai
suatu angan-angan
|
6
|
Ngadek Pucaking Gunung Gujengan Srengenge Wulan
|
Berdiri di Puncak Gunung
Berpegang Pada Matahari dan Bulan
|
Yang dibutuhkan oleh manusia
adalah cahaya Ilahiyah. Tuhan
adalah Dzat yang tidak mampu dijangkau oleh manusia
|
7
|
Lai Karo Jawane
|
Lupa dg Kejawaannya
|
Sufi jawa tidak melihat masa
lalu dengan penyesalan dan tidak melihat masa depan dengan ketakutan (ojo’ lali yo....)
|
Manusia setidaknya menyadari akan keterbatasan yang melekat pada dirinya
secara fitrah, baik keterbatasan
kemampuan, sehingga ketika bercita-bercita berusaha, untuk mencapainya
seoptimal mungkin, namun ketika hal itu tidak menghasilkan dengan apa yang
diinginkan, akan dikembalikan kepada Tuhan Sang Pemilik cita tanpa diikuti
perasaan sakit hati kepada alam, maupun keterbatasan
kehidupan alam fana’, bahwa
manusia harus membekali diri sebelum para ruhnya diungsikan ke alam baqa’ yang kapan waktu hari pengungsian
itu tiada yang tahu kecuali Gusti Ingkang
Murbeng Dumadi.
Wallahu
A’lam Bisshawab.
Sumberpucung, 07 September 2010
Sumber:
Hadiwijaya, 2010, TOKOH-TOKOH
KEJAWEN; Ajaran dan Pengaruhnya, EULE
BOOK, Yokyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar