dropdown

Jumat, 05 Agustus 2016

KEARIFAN KEJAWEN; Kajian Kejawen Tentang Tuhan, Manusia, dan Alam


(Sebuah Nukilan Inti Ajaran Kejawen Perspektif Hadiwijaya)
Oleh: Moch. Syamsul Arifin. Zrt

A.    Penciptaan Alam Semesta
No
Inti Ajaran
Terjemahan
Makna
1
Ana Manuk Bango Buthak, Ngendog ing Ngenthak-ngenthak
Ada Burung Bangau Putih, Bertelur di Padang Luas
Alam semesta berasal dari awan atau kabut putih

            Sebelum dunia dan seisinya mengisi alam semesta ini, jagad masih berupa susunan tata surya yang kosong. di sana terdapat sekumpulan awan putih yang pijar dan berputar. Awan putih itu jika dilihat tampak seperti burung bangau putih polos. Sekumpulan awan itu memercikkan gumpalan-gumpalan putih kecil, seperti burung bangau yang bertelur dan telurnya tercerai berai, telur-telur itulah yang menjadi bumi, mars, yupiter, dan planet-planet yang lain, sedangkan inti dari gumpalan awan itu manjadi matahari
B.     Ritual (Nilai ke-Tuhan-an)
No
Inti Ajaran
Terjemahan
Makna
1
Nggole’i Galihing Kangkung

Mencari Galih Kangkung (batang kangkung yang berlobang tidak ada galih)
Perlambangan wujud sukma yang tidak nampak tapi ada. Tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis antara kawula dan Gusti
2
Nggole’i Gigiring Punglu
Mencari Punggung Peluru (bentuk peluru yang bulat tanpa punggung)
Sembah jiwa adalah sembah kepada Hyang Sukma dengan mengutamakan jiwa atau ar-ruh, cara bersuci dengan selalu waspada & dzikir kepada alam kelanggengan (alam Ilahiy)
3
Nggole’i Rosing Bumbung Wungwang
Mencari Ruas sepotong Bambu (bumbung adalah sepotong bambu tanpa ruas)
Sembah rasa adalah mencari makrifat Tuhan dalam diri manusia. Tuhan ada dalam diri manusia, tapi Dzat Tuhan tidak kelihatan nyata
4
Nggole’i Susuhing Angin
Mencari Tempat Angin Bersarang
Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutamakan amal lahiriyah, seperti shlat, puasa, zakat dan lain sebagainya
5
Nggole’i Tapa’e Kuntul Nglayang
Mencari Bekas (burung) Kuntul Melayang
Sembah cipta atau kalbu, yakni dengan mencari makna sukma dalam diri manusia cara bersuci dengan mengekang hawa nafsu

Bersuci ada empat, yaitu:
  1. Suci dari hadats dan najis yang bersifat lahiriyah
  2. Membersihkan anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa
  3. Membersihkan hati dari akhlaq yang tercela dan budhi pekerti yang hina
  4. Membersihkan hati nurani dari apa selain Allah


C.    Sosial (Nilai ke-Manusiaan)
No
Inti Ajaran
Terjemahan
Makna
1
Lumpuh Ngideri Jagad

Si Lumpuh mengelilingi dunia
Keinginan, angan-angan dan cita-cita manusia yang sangat tinggi, namun kemampuan untuk mencapainya tidak ada.
2
Maling Lungguh Wetengi Mblenduk
Pencuri duduk perutnya besar
Para koruptor yang mencuri uang negara dengan jumlah yang besar yang sistem pencuriannya dengan membuat kebijakan pemerintahan seperti: perda, UUD, Kepres, dan lain sebagianya
3
Manuk Mabur Ngungkuli Langit
Burung Terbang di Atas Langit
Angan-angan manusia sangat luas
4
Mati Sajroning Urip, Urip Sjrroning Mati
Mati Dalam hidup, Hidup dalam Mati
Batas antara hidup dan mati sangat tipis, karena manusia tidak akan pernah tahu kapan dia mati?
5
Nawu Segara Kanggo Bathok Borot
Menguras Samudra (air lau) dg Ciduk Tempurung Belumbang
Kemustahilan untuk mencapai suatu angan-angan
6
Ngadek Pucaking Gunung Gujengan Srengenge Wulan
Berdiri di Puncak Gunung Berpegang Pada Matahari dan Bulan
Yang dibutuhkan oleh manusia adalah cahaya Ilahiyah. Tuhan adalah Dzat yang tidak mampu dijangkau oleh manusia
7
Lai Karo Jawane
Lupa dg Kejawaannya
Sufi jawa tidak melihat masa lalu dengan penyesalan dan tidak melihat masa depan dengan ketakutan (ojo’ lali yo....)

Manusia setidaknya menyadari akan keterbatasan yang melekat pada dirinya secara fitrah, baik keterbatasan kemampuan, sehingga ketika bercita-bercita berusaha, untuk mencapainya seoptimal mungkin, namun ketika hal itu tidak menghasilkan dengan apa yang diinginkan, akan dikembalikan kepada Tuhan Sang Pemilik cita tanpa diikuti perasaan sakit hati kepada alam, maupun keterbatasan kehidupan alam fana’, bahwa manusia harus membekali diri sebelum para ruhnya diungsikan ke alam baqa’ yang kapan waktu hari pengungsian itu tiada yang tahu kecuali Gusti Ingkang Murbeng Dumadi.

Wallahu A’lam Bisshawab.
Sumberpucung, 07 September 2010
Sumber:

Hadiwijaya, 2010, TOKOH-TOKOH KEJAWEN; Ajaran dan Pengaruhnya, EULE BOOK, Yokyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laman